Tana Toraja Wisata Budaya yang Unik Namun sarat Makna
Wisata Budaya Tana Toraja
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Rantepao, Toraja Utara saya terpesona dengan keunikan budayanya, kepercayaan yang dianut sebagian Masyarakatnya, ritual unik Rambu Solo, Manene. Selama ini hanya sekedar mendengarkan atau melihat di layar kaca. Menyaksikan secara langsung membuat saya takjub, membuat saya berandai-andai bagaimana bisa masyarakat Toraja menjaga Adat leluhur secara turun temurun tanpa terpengaruh budaya-budaya Asing yang mencoba masuk.
Konon Tana Toraja baru terbuka dan dikenal oleh dunia luar di akhir abad 19 ketika misionaris Belanda Antonie Aris van de Loosdrecht berusaha menyebarkan agama Kristen disana.
Kepercayaan Masyarakat Toraja
Masyarakat Toraja dikenal menganut kepercayaan Aluk Tadolo
walaupun sebagian besar sudah beragama Kristen, namun kebiasaan-kebiasaannya belum hilang.
Agama Islam tidak pernah benar-benar masuk di Tana Toraja, walaupun dahulu Berdiri kerajaan-kerajaan Islam di perbatasan wilayahnya.
Selama berabad-abad terisolasi membuat masyarakat Toraja Masih menjunjung tinggi kepercayaan dan cara hidup mereka walaupun sebagian masyarakat sudah beragama Kristen. Hal ini di dukung pula dengan bentangan alamnya yang di kelilingi gunung dan bukit-bukit kapur.
Menuju Rantepao
Butuh sekitar 5-6 jam Dari Makassar untuk perjalanan saya menuju Rantepao Toraja Utara dengan kendaraan pribadi. Namun di terminal Daya ada juga bus yang menuju Rantepao Atau jika anda ingin lebih leluasa bisa dengan menyewa mobil.
Spot wisata yang saya kunjungi saat pertama kali ke Toraja Utara adalah Desa Wisata dan situs pemakaman Kete Kesu'.
Kete Kesu'
Kete Kesu' sudah ada sejak berabad-abad lalu.
Disini anda akan menjumpai banyak rumah adat tongkonan yang konon sudah berumur lebih dari 300 tahun. Bisa jadi situs ini lebih tua dari itu terdapat banyak batu menhir di lokasi ini Hamparan sawah yang hijau, serta padang rumput.
Tidak jauh dari Tongkonan terdapat situs pemakaman kuno di atas bukit kapur. Banyak Peti jenazah yang berbentuk seperti perahu kayu, anda akan menjumpai banyak tulang belulang manusia disini. Hmm..Agak serem juga sih melihat tengkorak manusia asli dan bukan replika disini.
Beberapa lubang di bukit ditutupi pagar besi, hal ini dilakukan untuk mencegah pencurian boneka tau tau. Boneka yang terbuat dari kayu yang konon dibuat agar semirip mungkin menyerupai wajah orang yang sudah meninggal.
Objek Wisata Kalimbuang Bori
Kunjungan saya lanjutkan ke Objek Wisata Kalimbuang Bori, di kompleks pemakaman ini Saya menjumpai banyak sekali makam yang di kubur dalam batu besar.
Hampir semua batu besar disini sudah terdapat lubang untuk peti jenazah. Terdapat beberapa Tongkonan yang bisa anda jadikan tempat berteduh.
Situs ini di sebut juga sebagai situs megalitik, karena terdapat banyak menhir dengan berbagai ukuran.
Saya beruntung bisa melihat bagaimana proses pembuatan lubang kubur pada suatu batu besar, peralatan yang di gunakan pun hanya berupa pahat batu granit, perlu waktu dua tahun untuk menyiapkan satu lubang.
Terdapat juga kuburan bayi di lokasi ini, masyarakat Toraja punya kebiasaan unik dalam menguburkan bayi yang meninggal, yaitu dengan menyimpan jenazah pada sebuah pohon Besar, Pohon Tarra. Pohon yang dipilih adalah yang sudah berumur ratusan tahun.
Tak lama meninggalkan tempat ini, atas rekomendasi teman saya melanjutkan perjalanan menuju Sebuah Tongkonan yang baru saja selesai menggelar prosesi Rambu Solo.
Sangat di sayangkan memang saya melewatkan moment pelaksanaan ritual ini. Namun Tidak terlalu kecewa karena di tempat ini saya juga menjumpai banyak kerajinan tangan khas toraja, mulai dari kain tenun sampai dengan woodcraft
Tidak banyak memang Spot yang bisa saya datangi karena waktu yang cukup terbatas, tempat terakhir yang kami singgahi adalah Rumah tinggal dari Antonie Aris van de Loosdrecht, di depan rumah dengan arsitektur tradisional ini terdapat patung sang Misionaris.
Pengalaman yang sangat berharga mengunjungi Tana Toraja, dengan Keindahan alamnya, Budayanya yang unik dan Masyarakatnya yang ramah. Sangat disayangkan jika ke Sulawesi Selatan tapi tidak mampir ke Toraja Utara.
Jika ingin melihat upacara adat Manene, datanglah di bulan agustus atau awal September. (/RO)
want to go there someday