Travel Story Lintas Sulawesi di Mulai Lagi : Part 1
Rendy Olii
3 Nov, 2022
Begin Again, Hit The Road Again
Perjalanan penulis mytravelandscape kali ini akan terasa sangat berat, meninggalkan zona nyaman untuk kembali melakukan Road Trip sejauh 2000 KM. ada tambahan kata "Solo", yup! Perjalanan seorang diri dari ujung utara pulau Sulawesi Menuju Ujung Selatannya. Memang bukan yang pertama penulis lakukan, ini akan jadi yang kelima Solo Trip Sulut-Sulsel/Sulsel-Sulut yang penulis pernah lakukan seorang diri dari total 11 kali trip lintas trans Sulawesi. Tentu saja masih kalah bila dibandingkan truk-truk eskpedisi lintas sulawesi, namun suatu prestasi juga yang mungkin kelak bisa penulis ceritakan ke anak cucu.
Source Google Maps
Trip terakhir dilakukan akhir september penulis ditemani anak dan istri. Walau melelahkan namun ada yang menemani perjalanan, teman bercerita atau tertawa saling menguatkan dalam perjalanan. Penulis hanya harus menguatkan kembali hati untuk kuat melawan kebosanan menempuh perjalanan panjang yang sama seorang diri. Semoga Allah selalu memberikan kekuatan dan keselamatan. Maka perjalanan kami ini penulis buka dengan "Bismillah".
Start From Home
Penulis berangkat pukul 1 siang hari, Etape kali ini hanya sekitar 200 km sampai ke Kotamobagu. Setelah menyiapkan semua perbekalan untuk perjalanan panjang ini. Mencium hangat Istri dan Anak yang kali ini tidak akan ikut dalam petualang lintas Sulawesi.
Perjalanan pun dimulai, jalanan agak sedikit ramai di Airmadidi, pemberhentian pertama adalah SPBU kebetulan antrian Pertalite tidak begitu banyak bila dibandingkan dengan antrian Solar. 150ribu penulis keluarkan untuk biaya bensin menambah tanki yang sebelumnya sudah cukup banyak terkurang. 15 liter yang di keluarkan menunjukkan skala indikator penuh pada tanki mobil. Setidaknya cukup untuk perjalan sampai perbatasan Sulut-Gorontalo, kalo sesuai dengan estimasi penulis.
Kemacetan
Airmadidi sampai Kota Manado cukup cepat, karena jalur yang penulis lewati menghindari pusat-pusat kemacetan di Kota Manado. Setibanya di Jln. Malalayang kemacetan mulai terjadi disebabkan oleh beberapa perbaikan jalan, kendaraan yang parkir sembarangan, pengendara motor yang melawan arus, benar-benar suatu penanda sebagaimana layaknya suatu kota besar. Jalanan yang sempit juga diperparah dengan banyaknya truk-truk besar saling berpas-pasan baik yang menuju arah keluar, maupun masuk kota Manado. Penulis sedikit lega begitu peninggalkan Pantai malalayang namun mendapati kembali kemacetan di daerah Tateli, kali ini karena ada project perbaikan jembatan sehingga menimbulkan kemacetan yang cukup panjang di kedua arahnya. dengan hempusan nafas panjang menguatkan diri untuk bersabar!
Kampanye PILHUT di Amurang
Tanpa terasa, walaupun agak lambat dari biasanya perjalanan ini sudah sampai di Amurang, ibukota kabupaten Minahasa Selatan. Lambatnya jalur melewati kota ini ternyata disebabkan oleh perbaikan Aspal Jalan, dan Juga di sebabkan karena adanya kampanye serentak pemilihan Hukum Tua di Minahasa Selatan. Beberapa kerumunan orang dengan kendaraan bak terbuka dan ratusan motor dengan atribut-atribut partai, melakukan konvoi di jalan Trans-sulawesi sehingga menimbulkan kemacetan di beberapa titik. Suatu pemandangan yang akan familiar lagi di seluruh pelosok negeri ini di tahun 2024.
Antrian Truk Besar di Inobonto
Jalanan Mulai lancar kembali saat memasuki perbatasan Minsel-dan Bolmong, langit cerah sepanjang perjalanan, dan matahari mulai tergelincir ke barat, sinarnya membuat silau mata sehingga penulis harus beberapa kali memakai kacamata hitam agar jalanan bisa terlihat. Saat memasuki wilayah Inobonto, banyak sekali antrian kendaraan truk tambang yang besar disamping bahu jalan, masing-masing mengangkut 3-4 ban berukuran sangat besar. jika dilihat dari warna cat dan body truk yang masih mulus, penulis menarik kesimpulan bahwa unit-unit truk tersebut adalah unit baru yang sedang diantar ke pemiliknya. Beberapa kendaraan yang melihat melambatkan laju kendaraannya, sehingga terjadi sedikit antrian di badan jalan.
Langit Senja mengundang & Finis
langit senja yang cerah dan berwarna Jingga mulai memunculkan semburat warna pada awan, penulis sedikit tergoda untuk berhenti mencari spot foto landscape namun tidak menemukan lokasi yang tepat sampai semburat warna tersebut perlahan hilang. Pukul 18.00 penulis akhir tiba di Kota kelahiran Kotamobagu, menuju rumah masa kecil untuk bermalam sebelum melanjutkan kembali menuju Marisa atau Popayato keesokan harinya.