Sebuah Narasi Part 2 : Perjalanan Ke Tondano
Pada hari itu saya melakukan perjalanan untuk urusan pekerjaan saya di daerah dataran tinggi Tondano, sebenarnya saya ogah-ogahan untuk pergi karena ada suatu perasaan Jenuh dengan rutinitas yang berulang yang saya lakukan.
Saya memutar Radio Saya, saat itu sedang membahas tentang pengalaman seorang pengusaha muda yang sukses, ada satu hal yang cukup menggelitik saat dia berkisah tentang seseorang yang berusaha keras dalam bekerja namun tidak menikmati hasil kerja kerasnya karena orang itu kemudian sakit lalu meninggal dunia.
Sungguh sebuah kisah yang tragis. Pengusaha itu melanjutkan ceritanya, ia berkata bahwa dia belajar untuk mensyukuri apa yang dia miliki, kemudian berbagi dengan orang-orang yang tidak beruntung. Bisa membantu membawa ketenangan jiwa. Sinyal Radio mulai menghilang ketika saya melewati pepohonan lebat di tepi danau. Saya melanjutkan perjalanan.
Saya berhenti di sebuah Desa di Tepi Danau Tondano, desa Eris, pemandangan alamnya menarik saya untuk berhenti sejenak, saya mencari tempat yang cukup luas untuk memarkir kendaraan saya. Ada sebuah lapangan yang cukup luas dan sebuah dermaga bambu di lokasi tersebut. Lokasi yang cocok sekali. Saya mengeluarkan kamera tua saya, mulai mengambil foto.
Seorang nelayan menyapa saya, saya membalas sapaannya, dengan sedikit berbasa-basi tentang ikan yang ada di danau ini. Dia menjawab biasanya ada ikan Mujair dan Ikan Mas, jika dia beruntung kadang ukurannya juga cukup besar. Kadang jika tidak beruntung dia akan pulang dengan tangan kosong. Sungguh besar hatinya menerima keadaan dengan tetap bersyukur.
Perahu kecilnya mulai menjauh dari daratan. Saya mengambil gambarnya dari kejauhan. Perlahan awan dan kabut mulai menghilang, menyingkap sebuah pemandangan indah yang tidak saya duga, Gunung Lokon nampak dari kejauhan. Gunung berapi Aktif yang berada di Tondano Ini nampak kokoh. Namun sayang puncaknya sedikit tertutup awan. Sungguh pemandangan yang menggugah pikiran. Membuat saya berpikir ada banyak hal yang bisa membuat kita bahagia. Bukan hanya harta berlimpah, namun kesederhanaan dan rasa syukur atas apa yang kita miliki.
Saya berteriak pamit kepada nelayan yang mulai menjauh, melanjutkan perjalanan saya dengan sedikit ringan. Beban yang tadinya saya tanggung perlahan terangkat satu persatu. Syukur Alhamdulillah, perjalanan ini membuka pikiran saya.